Tuesday, May 27, 2008

Some quotes about teachers and education

A teacher affects eternity: he can never tell where his influence stops.
Henry Adams

What nobler employment, or more valuable to the state, than that of the man who instructs the rising generation.
Marcus Tullius Cicero

The important thing is not so much that every child should be taught, as that every child should be given the wish to learn.
John Lubbock

Those who educate children well are more to be honored than parents, for these only gave life,
those the art of living well.
Aristotle

By learning you will teach; by teaching you will understand.
Latin Proverb

Education is the mother of leadership.
Wendell L. Willkie

Seldom was any knowledge given to keep, but to impart; the grace of this rich jewel is lost in concealment.
Bishop Hall

If you would thoroughly know anything, teach it to others.
Tryon Edwards

We cannot hold a torch to light another's path without brightening our own.
Ben Sweetland

Grammar speaks; dialectics teach us truth; rhetoric gives colouring to our speech; music sings; arithmetic numbers; geometry weighs and measures; astronomy teaches us to know the stars.
Latin Maxim

To know how to suggest is the great art of teaching.
Henri Frederic Amiel

We learn by teaching.
James Howell

It is the supreme art of the teacher to awaken joy in creative expression and knowledge.
Albert Einstein

The most effective teacher will always be biased, for the chief force in teaching is confidence and enthusiasm.
Joyce Cary

Education is the guardian genius of democracy. It is the only dictator that free men recognize, and the only ruler that free men require.
Mirabeau Buonaparte Lamar

Whatever you want to teach, be brief.
Horace

To me, education is a leading out of what is already there in the pupil's soul.
Muriel Spark

Nine-tenths of education is encouragement.
Anatole France

He that teaches us anything which we knew not before is undoubtedly to be reverenced as a master.
Samuel Johnson

I hear and I forget. I see and I remember.
I do and I understand.
Chinese Proverb

Be careful to leave your sons well instructed rather than rich, for the hopes of the instructed are better than the wealth of the ignorant.
Epictetus

Teaching is not a lost art, but the regard for it is a lost tradition.
Jacques Barzun

Education is the transmission of civilization.
Will Durant

To teach is to learn twice over.
Joseph Joubert

A schoolmaster should have an atmosphere of awe, and walk wonderingly, as if he was amazed at being himself.
Newton D. Baker

One good teacher in a lifetime may sometimes change a delinquent into a solid citizen.
Philip Wylie

A child miseducated is a child lost.
John F. Kennedy

A master can tell you what he expects of you.
A teacher, though, awakens your own expectations.
Patricia Neal

So...???
[excerpt from here]....

Friday, May 9, 2008

60 tahun Israel, 60 tahun Palestina, 60 tahun yang tidak jelas

14 Mei 1948, 60 tahun lalu, merupakan hari jadi negara Israel. Negara yang sebagian besar warganya beragama Yahudi. Theodor Herzl mulai mendirikan Israel, karena memang ia hendak mencari "Tanah Yang Dijanjikan"--Zion, dan akhirnya sekarang gerakan pencarian tersebut disebut dengan Zionisme.


Nanti, pada tanggal 14 Mei 2008, saat Israel menyelenggarakan Pesta Deklarasi negara Israel, katanya mereka akan mengelarnya secara besar-besaran, dalam waktu seminggu. Banyak yang akan ditampilkan, mulai dari konser musik, pesta kembang api, hingga aksi akrobatik udara, memamerkan kekuatan tempur angkatan udara Israel. Acara tersebut, akan ditutup dengan pengadaan konferensi internasional yang katanya akan dihadiri oleh George Walker Bush, presiden Amerika Serikat, dan juga mantan presiden Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur.

Entah apakah perayaan itu bisa membuat rakyat Israel sedikit melupakan konflik yang selama 60 tahun ini berlangsung dengan para umat muslim di Palestina. Selama 60 tahun tersebut, rakyat negara Zionis ini hidup di dalam keadaan serba tidak pasti lantaran tidak adanya jaminan keamanan. Karena itu, Israel menutup seluruh daerah West Bank (Tepi Barat) menjelang perayaan tersebut dilakukan...

Akan tetapi, tanah itu sebelumnya dikuasai oleh sebuah negara yang independen, yang disebut dengan Palestina. 60 tahun yang lalu, saat Israel mendirikan negara di sana, rakyat Palestina pun mulai hidup menderita, kekurangan makanan, kekurangan kasih sayang, dan juga ketakutan. Tiga perang besar bergejolak untuk menentang pendeklarasian negara Israel, Perang Kemerdekaan Israel (dikenal juga dengan sebutan Perang Arab-Israel 1948), Perang Enam Hari (1967), dan Perang Yom Kippur belum mampu membebaskan rakyat Palestina yang Muslim itu dari cengkeraman penjajahan negara Israel.

Allah berkata:
...wa lanabluwannakum bi syaiin min al-khaufi, wa al-juu`i wa naqshin min al-amwaali wa al-anfusi, wa al-tsamaraat....

Penjajahan Israel juga membuat Palestina terbelah sejak pertengahan Juni 2007. Partai Fatah yang dipimpin oleh Presiden Otoritas Plestina, Mahmud Abbas menguasai Tepi Barat dan Hamas yang tidak mau mengakui negara Israel mengontrol Jalur Gaza. Sejak itulah krisis kemanusiaan timbul lantaran empat pintu perbatasan (Erez [perbatasan antara Gaza dan Israel], Nahal Oz [perbatasan antara Gaza Israel], Raha [perbatasan antara Gaza dan Mesir], dan Karim Shalom [perbatasan antara Gaza-Mesir-Israel]) ditutup oleh Israel.

Yasser Arafat, almarhum pemimpin Palestinian Liberalization Organization (PLO), mengusahakan agar rakyat Palestina terbebas dari cengkeraman Israel. Tapi usahanya tidaklah berhasil. Konferensi Annapolis pada tahun 2007 yang lalu, yang membuka kembali proses dialog antara Palestina-Israel, yang terhenti akibat gerakan Intifadha Kedua, September 2000, menjadi sebuah harapan yang baru.

Namun tetap saja, pembicaraan damai itu mentok pada tiga isu yang sangat sensitif bagi kedua belah pihak, yakni status Yerusalem (sebagai kota yang dijanjikan menurut Israel), batas wilayah, dan juga pemulangan para pengungsi ke kampung halamannya. Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina nanti, sementara Israel menghendaki kota suci tersebut sebagai ibu kotaabadi mereka yang tidak bisa dibagi dua. Secara sepihak, klaim ini diperkuat dengan Jerusalem Basic Law yang disahkan Kneset (parlemen Israel), 28 tahun yang lalu.

Pada tahun 1967, Israel memang pernah memenuhi tuntutan Palestina untum memiliki batas wilayah, tapi hal tersebut tidak terjadi pada akhir-akhir ini, selama Israel dipimpin oleh Shimon Peres, Ehud Barak, atau bahkan Ariel Sharon. Bagi Israel, kehadiran kembali pengungsi Palestina yang jumlahnya lebih besar daripada empat setengah juta penduduk tersebut bisa mengancam keamanan sekitar enam juta rakyat Israel.

Maklum saja, kepulangan mereka kemungkinan besar dipenuhi dengan dendam lantaran diusir oleh Israel, saat Israel memproklamirkan dirinya menjadi sebuah neara, dalam sebuah peristiwa yang kini dikenang dengan sebutan peristiwa Naqba. Saat itu, sekitar 700 ribu warga Palestina diusir keluar dari rumah mereka.

Well, itu sekelumit sejarah dan masalah yang terjadi di Israel dan Palestina. 60 tahun yang mereka jalani, 60 tahun pula mereka berada di dalam ketidakjelasan. Israel dan Palestina membangun negara mereka di atas genangan (atau mungkin lautan) air mata dan juga darah. Memang, sejak 3000 tahun yang lalu daerah ini memang menjadi daerah sengketa. sengketa dari Raja Thalut (bersama nabi Daud) dan Jalut. Perang Salib, dan perang-perang yang lainnya yang mengatasnamakan Agama... Kini, pihak yang terlibat adalah Perang antara Israel dan Palestina, yang sebenarnya berlangsung 60 tahun yang lalu...

Bisakah Palestina menang melawan Israel? Adakah jalan damai di antara keduanya? Saya harap jalan kedualah yang akan menjadi solusi. Sudah banyak nyawa yang terbang akibat konflik kedua negara....

Thursday, May 8, 2008

60 tahun Israel, 60 tahun Palestina, 60 tahun yang tidak jelas

14 Mei 1948, 60 tahun lalu, merupakan hari jadi negara Israel. Negara yang sebagian besar warganya beragama Yahudi. Theodor Herzl mulai mendirikan Israel, karena memang ia hendak mencari "Tanah Yang Dijanjikan"--Zion, dan akhirnya sekarang gerakan pencarian tersebut disebut dengan Zionisme.

Nanti, pada tanggal 14 Mei 2008, saat Israel menyelenggarakan Pesta Deklarasi negara Israel, katanya mereka akan mengelarnya secara besar-besaran, dalam waktu seminggu. Banyak yang akan ditampilkan, mulai dari konser musik, pesta kembang api, hingga aksi akrobatik udara, memamerkan kekuatan tempur angkatan udara Israel. Acara tersebut, akan ditutup dengan pengadaan konferensi internasional yang katanya akan dihadiri oleh George Walker Bush, presiden Amerika Serikat, dan juga mantan presiden Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur.

Entah apakah perayaan itu bisa membuat rakyat Israel sedikit melupakan konflik yang selama 60 tahun ini berlangsung dengan para umat muslim di Palestina. Selama 60 tahun tersebut, rakyat negara Zionis ini hidup di dalam keadaan serba tidak pasti lantaran tidak adanya jaminan keamanan. Karena itu, Israel menutup seluruh daerah West Bank (Tepi Barat) menjelang perayaan tersebut dilakukan...

Akan tetapi, tanah itu sebelumnya dikuasai oleh sebuah negara yang independen, yang disebut dengan Palestina. 60 tahun yang lalu, saat Israel mendirikan negara di sana, rakyat Palestina pun mulai hidup menderita, kekurangan makanan, kekurangan kasih sayang, dan juga ketakutan. Tiga perang besar bergejolak untuk menentang pendeklarasian negara Israel, Perang Kemerdekaan Israel (dikenal juga dengan sebutan Perang Arab-Israel 1948), Perang Enam Hari (1967), dan Perang Yom Kippur belum mampu membebaskan rakyat Palestina yang Muslim itu dari cengkeraman penjajahan negara Israel.

Allah berkata:
...wa lanabluwannakum bi syaiin min al-khaufi, wa al-juu`i wa naqshin min al-amwaali wa al-anfusi, wa al-tsamaraat....

Penjajahan Israel juga membuat Palestina terbelah sejak pertengahan Juni 2007. Partai Fatah yang dipimpin oleh Presiden Otoritas Plestina, Mahmud Abbas menguasai Tepi Barat dan Hamas yang tidak mau mengakui negara Israel mengontrol Jalur Gaza. Sejak itulah krisis kemanusiaan timbul lantaran empat pintu perbatasan (Erez [perbatasan antara Gaza dan Israel], Nahal Oz [perbatasan antara Gaza Israel], Raha [perbatasan antara Gaza dan Mesir], dan Karim Shalom [perbatasan antara Gaza-Mesir-Israel]) ditutup oleh Israel.

Yasser Arafat, almarhum pemimpin Palestinian Liberalization Organization (PLO), mengusahakan agar rakyat Palestina terbebas dari cengkeraman Israel. Tapi usahanya tidaklah berhasil. Konferensi Annapolis pada tahun 2007 yang lalu, yang membuka kembali proses dialog antara Palestina-Israel, yang terhenti akibat gerakan Intifadha Kedua, September 2000, menjadi sebuah harapan yang baru.

Namun tetap saja, pembicaraan damai itu mentok pada tiga isu yang sangat sensitif bagi kedua belah pihak, yakni status Yerusalem (sebagai kota yang dijanjikan menurut Israel), batas wilayah, dan juga pemulangan para pengungsi ke kampung halamannya. Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara Palestina nanti, sementara Israel menghendaki kota suci tersebut sebagai ibu kotaabadi mereka yang tidak bisa dibagi dua. Secara sepihak, klaim ini diperkuat dengan Jerusalem Basic Law yang disahkan Kneset (parlemen Israel), 28 tahun yang lalu.
==========================================================================================
Well, itu sekelumit sejarah dan masalah yang terjadi di Israel dan Palestina. 60 tahun yang mereka jalani, 60 tahun pula mereka berada di dalam ketidakjelasan. Memang, sejak 3000 tahun yang lalu daerah ini memang menjadi daerah sengketa. sengketa dari Raja Thalut (bersama nabi Daud) dan Jalut. Perang Salib, dan perang-perang yang lainnya yang mengatasnamakan Agama... Kini, pihak yang terlibat adalah Perang antara Israel dan Palestina, yang sebenarnya berlangsung 60 tahun yang lalu...

Bisakah Palestina menang melawan Israel?

Monday, May 5, 2008

Makna....

Tulisan ini dibuat sebagai bahan renungan saja. Tidak ada maksud untuk mengkritisi atau melakukan apapun...

Pondok Pesantren Daar el-Qolam mengedepankan Motto Pondok dan Panca Jiwa Pondok sebagai landasan utama berdirinya pondok. Keikhlashan, Kesederhanaan, Berdikari, Ukhuwwah Islamiyyah, dan Kebebasan adalah butir-butir Panca Jiwa Pondok. Berbudi Luhur, Berbadan Sehat, Berpengetahuan Luas, dan Berpikir Bebas merupakan butir-butir Motto Pondok.. Hal-hal tersebut merupakan cita-cita yang sangat amat luhur yang diinginkan oleh pendiri pesantren dan para penerusnya. Jiwa seorang santri memang harus dilandasi dengan jiwa-jiwa yang dicantumkan di dalam Panca Jiwa Pondok. Keadaan seorang santri pun harus ditopang oleh apa yang dituliskan di dalam Motto Pondok, demi tercapainya tujuan luhur tersebut.

Pernah saya berpikir, bahwa kenapa di dalam Panca Jiwa Pondok tidak terdapat kata "Kejujuran", padahal saya yakin, kalau ada, pasti item tersebut akan diletakkan pada urutan yang signifikan. Ternyata, memang, ilmu saya masih belum banyak, dan saya harus terus belajar... Ilmu saya nggak sebanding dengan para pendiri Pesantren. Kenapa kejujuran tidak ditampilkan dalam Panca Jiwa Pondok? Jujur saja, keikhlashan sudah mencakup semuanya!! Saat kita ikhlash melakukan sesuatu, maka kita akan cenderung bersikap jujur, karena tidak dilandasi dengan hawa nafsu serakah kita.... Kita nggak bakalan korupsi, artinya kita akan terus jujur, sebab kita melandasi pekerjaan kita dengan keikhlashan. Ya, jadi saya bisa menyimpulkan sendiri bahwa memang keikhlashan memang mencakup di dalamnya kejujuran yang selama ini kita kehilangan dirinya...

Lalu, saya juga berpikir, ehm, bahwa kenapa urutan Panca Jiwa Pondok seperti itu?

  1. Keikhlashan
  2. Kesederhanaan
  3. Berdikari (Mandiri, Menolong diri sendiri)
  4. Ukhuwah Islamiyyah
  5. Kebebasan.
Ternyata, di dalamnya ada pesan moral yang sangat amat luhur....Kelima urutan tersebut adalah sebuah teori relativitas dalam pendidikan islam! Dan, Panca Jiwa Pondok itu disusun berdasarkan prioritasnya. Keikhlasan adalah sebuah taraf yang sangat susah untuk diraih, apalagi dalam masa-masa materialistis saat ini. dan Kebebasan itu adalah taraf yang paling mudah untuk dicapai, khususnya dalam sebuah pengembaraan pikiran (Ghazw al-Fikr).

Kebebasan (saya menggunakan istilah independence, bukan freedom karena freedom lebih umum) harus diperoleh terlebih dahulu sebelum memperoleh empat derajat lainnya. Independence adalah sebuah kemerdekaan diri, dari sesuatu yang bersifat membebani orang lain dan tentunya membebani diri sendiri. Bebas berfikir, bebas bertindak, dan bebas segala-galanya tapi sesuai dengan koridor pemikiran Islam. Inna al-fataa man yaquulu Haa ana dza! Wa laisa al-Fataa man yaquulu kaana Abii...

Setelah memperoleh kebebasan dan kemerdekaan, saatnya kita harus menjalin hubungan dengan entitas/individu lainnya yang hidup berseberangan dengan kita: keluarga, tetangga, sahabat, kawan/teman, dan muslim, Ahl al-Kitaab, dan akhirnya semua manusia yang hidup berseberangan dengan kita. Kita adalah manusia, dan manusia adalah makhluk sosial. Karena makhluk sosial, kita tidak dapat hidup sendiri. Kita memang sudah bebas dari orang lain, tapi kita masih membutuhkan mereka, karena kesempurnaan kita terletak pada ketidaksempurnaan kita. Inna Allaha fii `Auni al-`Abdi, maa daama al-`Abdu fii `Auni Akhiihi.

Selanjutnya, ketika sebuah bantuan tidak dapat diperoleh dari para kerabat atau orang-orang yang terdapat di dalam lingkungan kita, maka kita harus berdikari dan bersifat mandiri. Berdikari di sini adalah harus menolong diri sendiri, di kala tidak ada bantuan dari orang lain. Janganlah kita, mentang-mentang sudah merasakan kebebasan, melewati ukhuwah al-islamiyah dan langsung menginjak ke taraf ini, karena itu adalah ciri kesombongan kita dan Tuhan sangat benci orang-orang sombong!

Karena sudah tidak memperoleh bantuan, dan sudah tidak bisa bersikap mandiri, karena memang tidak punya kekuatan untuk melakukannya (kekuatan hanyalah datang dari Tuhan), maka kita harus menyederhanakan diri: Sederhana dalam berpikir, sederhana dalam bertindak (karena memang tindakan adalah pikiran yang diaktualisasikan), dan sederhana dalam segalanya. Sulit sekali menterjemahkan kesederhanaan (simplicity) ini menjadi sesuatu yang nyata, apalagi ketika kita masih muda, dan mudah sekali dipengaruhi oleh kondisi mental, egoisme, dan idealisme kita yang masih labil (plin-plan, serta "This is ME!!!").

Apalagi, untuk memperoleh derajat yang lebih tinggi lagi: keikhlashan. Saat belajar Matematika, saya jadi berpikir mengapa setiap bilangan yang dibagi dengan angka 0 (nol) hasilnya adalah sebuah infinity (ketidakhinggaan bilangan), sementara setiap bilangan yang dibagi dengan angka yang sama hasilnya adalah bilangan 1. Ternyata di situ adalah filosofi keikhlashan, karena memang pencipta bilangan 0 adalah seorang Muslim, al-khawarizm.

Saat kita memberi sesuatu dengan mengharapkan imbalan yang sama (atau bahkan lebih), maka hasilnya sesuatu yang itu juga atau bahkan kehampaan. Sebagai contoh: bilangan 20 dibagi 20 adalah 1. Bilangan 20 dibagi 40 adalah 0.5, dan bilangan 20 dibagi 100 adalah bilangan 0.2, dan akhirnya mencapai nilai 0 koma sekian-sekian-sekian sebelum mencapai bilangan tertinggi: nol mutlak (yakni kematian). Bandingkan dengan bilangan 0 (nol). Ketika kita memberikan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan, tapi didasari dengan keridha-an Tuhan, maka hasilnya adalah infinity! Semakin kita berharap lebih terhadap sesuatu, maka kemungkinan untuk mendapatkan barang yang sama adalah semakin kecil. Karenanya, kita harus bersikap sederhana dan ikhlash (meskipun sangat susah untuk dilakukan). Itulah sebabnya Tuhan menyuruh kita agar memberikan sesuatu yang lebih baik daripada yang kita berikan (atau paling tidak, yang setara dengannya): Wa Idzaa Huyyiitum Bi Tahiyyatin, Fa Hayyuu Bi Ahsana Minhaa Aw Rudduuhaa. Karena barakah itu datangnya dari Tuhan, dan barakah Tuhan itu tidak ada bandingannya.

Itulah nilai-nilai filosofis dari Panca Jiwa Pondok--setidaknya menurut aku. Guru saya pernah bilang seperti ini kepada saya: keikhlashan adalah Panca Jiwa Pondok yang sangat berat ditanggung, dan rugi jika memang kita selama hidup tidak melakukannya.

Oke, mungkin hari ini cukup sekian dulu. Ada komentar? saya tunggu!!!

Saturday, May 3, 2008

Ijazah SeMU

Posting ini saya buat untuk memberikan selamat kepada para alumni Daar el-Qolam Angkatan 33 (RISE) yang baru saja dilepas oleh para Pengasuh Pesantren, 3 Mei 2008... Foto menyusul....

Sebenarnya, saya sih maunya memasukkan hal ini ke dalam tulisan review, ketimbang blog. Akan tetapi, kali itu terbersit di pikiran saya, terinspirasi dari khuthbah al-wadaa Pengasuh Pesantren dan ucapan terima kasih dari para santri kelas 6, serta pengalaman saya terdahulu menjadi alumni Daar el-Qolam, sepertinya saya harus menuliskannya di dalam Blog.....

SELAMAT,
buat Shally Fandhu Vemilianda
dan kawan-kawan!!!!


Belajar itu seperti naik kereta. Naik kereta, kita harus memilih jurusan... Naik kereta, kita harus memulai dari stasiun... Naik kereta, memang tidak enak, karena banyak guncangan yang sangat ekstrem, membuat kita tidak nyaman di dalam mengendarai kereta... Kita juga harus turun dari stasiun... Bisa saja kita turun dari kereta langsung, tanpa melalui stasiun, tapi apakah itu jalan keselamatan??? Saat kita telah sampai di stasiun tujuan kita, maka kita harus turun... Akan tetapi, apakah stasiun tersebut tujuan kita??? Apakah stasiun rumah kita untuk kembali??? Sah-sah saja kalau memang kita tinggal di stasiun, tapi di sana banyak sekali ketidaknyamanan... Sebuah rumah harus bisa memberikan ketentraman dan kenyamanan, bukan ketidaknyamanan dan kegelisahan.....

Lalu, apa hubungannya dengan saat kita belajar? Saat kita belajar di Pondok Pesantren Daar el-Qolam, kita memiliki stasiun awal, yakni saat kita masuk, dan tujuan kita adalah mencapai stasiun yang ada di nun jauh di sana... Belajar di Daar el-Qolam, sangatlah tidak nyaman (jauh dari orang tua, jauh dari kerabat), sehingga banyak teman kita yang akhirnya tidak menikmati perjalanan tersebut mabuk perjalanan dan muntah di jalan dan akhirnya keluar dari kereta, sebelum kereta tersebut mencapai stasiun. Hanya saja, belajar di manapun juga akan begitu adanya... Seiring dengan waktu, dan kita pun menikmati perjalanan kita, dan seiring dengan semakin dekatnya lokomotif yang kita naiki ke stasiun tujuan kita, tibalah saatnya orang tua kita menunggu kita di rumah. Tersenyum... Terharu... Bahkan ada juga yang menangis, akibat jarang bertemu...

Sebelum turun ke stasiun, Bapak Penjaga Stasiun menanyakan kepada kita "Mana karcis yang digunakan untuk menaiki kereta???" Karcis di sini bukanlah bukti pendaftaran saat masuk di sini... Akan tetapi perasaan "kekosongan ilmu" yang dimiliki oleh kita. Saat kita jawab dan ternyata ada, berarti karcis itu diambilnya dan diberi stempel bahwa kita telah lolos validasi. Stempel validasi tersebut, dalam belajar merupakan ijazah yang merupakan sebuah simbol bahwa "perjalanan kita dari stasiun A hingga stasiun F telah selesai..." Stasiun A, stasiun B, stasiun C, stasiun D, stasiun E, stasiun F telah kita lewati dengan tegar, meski kita melihat banyak juga teman-teman kita merasa tidak nyaman mengendarai kereta tersebut memutuskan untuk keluar dari kereta. Ketegaran kita, merupakan simbol bahwa kita memang layak sampai ke stasiun F!!!


Sebenarnya ngomong apa sih si Willy ini??? Ingat, ijazah yang diperoleh kita di Daar el-Qolam sebenarnya merupakan ijazah SeMU saja. Kok, bukan ijazah SMU? Ijazah Sekolah hanyalah wujud simbolis saja, bahwa kita "dipaksa" keluar sekolah oleh para penjaga stasiun, akibat karcis kita tidak valid lagi. Meski kita masih memiliki karcis kekosongan ilmu, tetap saja sang penjaga stasiun memaksa kita untuk menurunkan kita. Jadi ijazah dan validasi tersebut adalah semu adanya, karena hanya ditunjukkan pada penjaga stasiun. Ijazah sebenarnya adalah saat kita hadir di depan orang tua kita, di rumah kita... dengan sumringah dan bangga setelah merantau menuntut ilmu dan idealisme....... Tanpa penyesalan... Tanpa kegundahan... dan menatap masa depan yang lebih cerah...

Willy Saefurrahman

Friday, May 2, 2008

Maksud "Learning to Learn.."

Ada seseorang murid bertanya kepada saya apa maksud dari "Learning to Learn" yang dipampang sebagai headline di sini... Kenapa bukan "Studying to Study" Posting ini dibuat dengan tujuan untuk menjawab hal tersebut.

Kita, manusia adalah makhluk yang sama sekali tidak memiliki ilmu, pada saat dilahirkan oleh ibu kita masing-masing. Sama sekali bodoh. Berbicara saja tidak bisa. Yang bisa kita utarakan hanyalah bahasa yang bisa dipahami oleh sang ibu: menangis! Terlahir tanpa ilmu. Tapi, kita memiliki bekal yang sangat luar biasa berguna untuk kehidupan kita: otak yang dipandu dengan akal sehat.

Organ otak kita gunakan setiap hari untuk menggerakkan tubuh kita, karena memang otak adalah sumber dari segala perbuatan kita. Tanpa dipandu dengan akal sehat, kita hanya akan bergerak dengan insting saja, seperti binatang. Nah, akal sehat ini pula yang menjadi pembeda kita dengan hewan (saya tidak katakan binatang), meskipun secara taksonomi biologi, kita (homo sapiens) masuk ke dalam kingdom animalia, dan memiliki kekerabatan dengan primata.

Seiring dengan waktu, kita akan terus menyerap pengalaman dan pengalaman. Orang tua, bisa kita katakan orang yang sangat berpengalaman dalam hidupnya, karena hidupnya telah jauh lebih lama ketimbang kita. Guru kita, sama seperti orang tua kita, ia juga lebih lama hidupnya dibanding kita. Nah, sebenarnya yang kita serap setiap hari hanyalah pengalaman--experience--bukan ilmu. Dari pengalaman-pengalaman tersebutlah kita belajar--learn.

Memang agak sulit menerapkan learn dan study, karena dua hal tersebut memiliki arti yang sangat berdekatan, bahkan mungkin bisa dikatakan "synonym"--arti yang sama. Di tempat saya mengajar sekarang pun demikian, hampir tidak ada murid yang menggunakan kata learn. Sebagian besar dari mereka menggunakan kata study. Di dalam muhadharah (belajar berpidato), mereka juga sama sekali jarang menyebutkan kata learn, dan apalagi menyebutkan experience. Mereka cenderung lebih suka menyebutkan study dan science sebagai buah hasil dari learn dan experience, tanpa melihat bagaimana proses pencarian dan perumusan experience tersebut menjadi science untuk kemudian menjadi study....

Kita ini jadi lebih terbiasa dengan hal-hal yang instan. Nggak mau ribet. Nggak mau susah. Memang, tak ada yang mau mengalami kesusahan di dalam hidup, tapi tidak dalam learn. Dalam learn, semakin susah persoalan yang sedang dihadapi, maka akan memacu kita untuk lebih giat lagi dalam mencari pengalaman... Padahal sebuah sya`ir Arab pernah bilang kepada kita:

"Man lam yadzuq dzulla al-ta`allumi saa`atan # Tajarra`a dzulla al-jahli thuula hayaatihi"
"Wa man faatahu al-ta`liimu waqta syabaabihi # Fakabbir `alaihi arba`an liwafaatihi"
"Hayatu al-fataa wa Allahi bi al-`ilmi wa al-tuqaa # Idzaa lam yakuunaa laa i`tibaara lidzaatihi..."

Artinya:
Barang siapa yang tidak merasakan betapa sulitnya belajar, sedetik saja
Maka ia akan merasakah kesulitan selama hidupnya akibat kebodohan....
Dan barang siapa yang ditinggalkan oleh proses belajar dan mengaar saat ia masih muda
Maka lakukan shalat empa takbir untuknya karena ia telah wafat.
Hidupnya seseorang, demi Allah, ditentukan dengan ilmu dan ketakwaan
Jika keduanya tidak dimiliki oleh orang tersebut, maka keberadaannya tidak akan dianggap........

Nah, dari situlah saya mengambil judul blog "Learning to learn".... Belajar untuk belajar... Belajar tidak hanya dari buku. Belajar tidak hanya dari guru. Belajar tidak hanya dari orang tua. Belajar juga tidak hanya dari teman. Tapi belajar dari alam semesta... Ingat, saat kita belajar dari alam semesta, apalagi saat kita ber-tafakkur mengandai-andaikan penciptaan langit dan bumi, kita akan mencoba untuk menjadi seorang yang disebut sebagai Ulul-Albaab.... ...alladzdziina yadzkuruuna allaha qiyaaman wa qu`uudan wa `alaa junuubihim wa yatafakkaruuna fii khalqi al-samaawati wa al-ardhi....

Comment??

Allahu a`lamu bi al-shawwaab..

Thursday, May 1, 2008

Pengen bisa komputer? Lengkapi praktek Anda dengan paham Bahasa Inggris!!

Posting ini dibuat untuk memberikan gambaran betapa banyaknya fungsi Bahasa Inggris di dalam pelajaran komputer....

Saya akui, sebagai guru komputer, saya memang kurang begitu bisa mengajar dengan benar. Akan tetapi, dengan kemandirian anak-anak didik saya di sekolah di mana saya mengajar sebelum saya mengajar sekarang, mereka bisa lebih bisa memahami apa yang bahkan tidak saya ketahui sebelumnya. Padahal, pada awal pertemuan saya dengan mereka, saya hanya menyarankan (bukan menyuruh) mereka untuk membawa "kamus Bahasa Inggris"--apapun jenis kamus itu, itu pun hanya membawa saja....

Ternyata pertemuan selanjutnya, saya justru kaget karena memang mereka membawa kamus, tidak cuma satu buah kamus, tapi beberapa kamus. Ada yang bahkan meminta orang tuanya untuk dibelikan kamus definitif khusus komputer, dan dibelikannya kamus tersebut. Jujur saja, saya kaget dengan kesungguhan mereka dalam belajar secara mandiri. Ketika saya tanya dua orang di antara 28 anak didik saya, saya mendapat jawaban yang mencengangkan "Saya pengen lebih bisa komputer dibandigkan dengan pak guru! Bagi saya, pak guru memang orang yang harus saya kalahkan, karena bapak adalah idola saya!." Kini, anak didik saya yang sekarang kelas 2 SMA tersebut, telah merasakan betapa pentingya pemahaman terhadap Bahasa Inggris dalam rangka belajar komputer.

Well, sekarang kita berkaca kepada diri kita, kenapa kita masih banyak yang gaptek, khususnya di bidang komputer, tapi tidak ketinggalan ketika kita menggunakan kendaraan???. Memang, kendaraan merupakan sebuah kebutuhan yang dianggap kebutuhan sekunder, tapi di zaman informasi seperti saat ini, kebisaan kita terhadap komputer, khususnya bagi para pelajar, mutlak dibutuhkan. Orang-orang Singapura, India, Amerika Serikat langsung bisa menggunakan komputer, meskipun mereka sekedar bisa menggunakannya--tidak mengenal semua fungsinya secara mendalam. Kenapa bisa begitu? Kita bisa menarik kesimpulan, salah satunya, bahwa kita memang tidak paham dalam bahasa pengantar yang digunakan dalam komputer. Dan, bahasa pengantar yang digunakan di dalam komputer adalah bahasa Inggris, di samping beberapa bahasa pengantar lainnya.

Kenapa saya samakan penggunaan komputer dengan kendaraan? Karena kedua-duanya adalah alat! Alat yang bisa memenuhi kebutuhan kita. Saat kita bisa sebuah jenis kendaraan, sebagai contoh sepeda motor, untuk menggunakan motor lainnya, kita, insya Allah, langsung bisa, meskipun ada adaptasi dulu, karena memang kita sudah paham bahasa pengantar yang digunakan oleh motor tersebut, yakni "mainkan gas, kopling, rem, gerakkan stang, dan lampu sen, serta hati-hati!!!" Bahasa pengantar dalam komputer, yang biasa kita lihat adalah Bahasa Inggris, karena itulah kita harus memahami terlebih dahulu bahasa pengantarnya.... Setelah bisa memahami Bahasa Inggris, dengan izin Allah, kita akan bisa menggunakan komputer, hanya butuh waktu beberapa saat saja untuk melakukan adaptasi.....

Komentar Anda??? Saya tunggu!

Tentang saya

My photo
Tangerang, Banten, Indonesia
Willy Saefurrahman 23 tahun Jomblo