Saturday, August 9, 2008

"Terjebak dalam rutinitas...."

Lagi-lagi, saya berpikir setelah kumpul bulanan dengan Direktur. Dalam kumpul tersebut, direktur menyarankan kami untuk tidak "Terjebak dalam rutinitas". Tujuannya agar kami tidak hanya cuma menunaikan kewajiban semata, karena harus di dalamnya juga terdapat improvisasi diri dan meningkatkan nilai.

Well, kami memang selama ini sering terjebak dan justru merasa keasyikan saat terjebak dalam rutinitas tersebut. Di dalam organisasi tempat saya berada saat ini terdapat banyak sekali rutinitas. Rutinitas-rutinitas tersebut seolah-olah menjadi sebuah keharusan, atau bahkan bisa disebut dengan kewajiban, bahkan dianggap menjadi sebuah sistem (dalam istilah Direktur disebut sebagai "Sunnah Pondok").

Saya juga tidak merasa bahwa rutinitas-rutinitas atau kewajiban tersebut memiliki strategi-strategi yang nyata. Akhirnya, saya melihat bahwa rutinitas-rutinitas tersebut kian berkembang menjadi sebuah kebiasaan yang justru mengkerdilkan. Sebaiknya, rutinitas tersebut haruslah berupa rutinitas yang dibuat untuk mencapai hasil yang tidak rutin: kesuksesan! Ya, memang kesuksean tidak bisa diraih secara rutin. Rutinitas-rutinitas tersebut haruslah sejalan dengan penguatan semangat, cita-cita yang tinggi dan bahkan disejajarkan dengan kemampuan, untuk meraih kesuksesan...

Yah, memang setiap bulan penuh dengan masalah. Tapi, saya yakin bahwa setiap masalah yang datang setiap hari merupakan alat yang dapat meningkatkan kelas kita. Dengan adanya masalah, kita tertantang untuk selalu menemukan solusi-solusi untuk menyelesaikannya, baik itu solusi temporer maupun solusi permanen...

Solusi temporer sangatlah sering diucapkan dan diutarakan, tapi itu merupakan solusi temporer. Yang paling parah adalah, saat kami merasa solusi temporer tersebut telah selesai menyelesaikan masalah, masalah yang sebenarnya masih menggunung tersebut, terlupakan begitu saja, seolah-olah masalah tersebut habis oleh solusi temporer. Solusi temporer haruslah kita ubah menjadi solusi permanen, agar memang kelas kita juga meningkat secara permanen, tidak hanya temporer begitu saja. Sayangnya, kami memang masih bodoh dan belum bisa untuk mencari solusi-solusi permanen...

Selalu "menyimpan masalah" seringnya membuat kelas kita merasa selalu rendah, atau bahkan mengingat-ngingat dosa. Pada akhirnya hal tersebut membuat kita tidak yakin untuk menghadapi masalah-masalah selanjutnya...

How do you think?

Sunday, August 3, 2008

Saat-saat Anda pengen kabur dari kerjaan...

Jika Anda mengalami hal-hal seperti point dibawah ini (lebih dari 3 hal), lebih baik Anda pindah bekerja. Sekalipun Anda paksakan untuk tetap berada di situ, hasil pekerjaan Anda pun menjadi tidak maksimal. Sebelum Anda memutuskan untuk hengkang dari perusahaan yang sekarang, ada baikknya jika Anda mencari tau terlebih dahulu informasi-informasi mengenai perusahaan tersebut.

  • Karier Mandeg
    Jika Anda sudah bertahun-tahun bekerja di tempat yang sekarang ini tidak juga menunjukkan perubahan status yang jelas untuk karier Anda, sudah saatnya Anda berpikir untuk meninggalkan perusahaan. Apalagi Anda sudah mendiskusikan hal tersebut dengan atasan tetapi tidak juga ada tanggapan yang positif.
  • Gaji Kurang
    Inilah faktor yang paling utama mengapa banyak karyawan pindah kerja. Membicarakan masalah uang memang sangat sensitif, apalagi mereka yang telah bekerja. Cape-cape mereka bekerja untuk perusahaan tetapi imbalan atau gaji yang diberikan tidak sesuai dengan cape yang dirasakan yah lebih baik untuk mencari pekerjaan lain saja.
  • Tidak Cocok Dengan Pekerjaan
    Cocok atau tidaknya pekerjaan yang Anda lakukan sekarang adalah tergantung dari diri sendiri. Banyak sekarang ini pekerjaan yang mereka geluti tidak sesuai dengan ilmu yang diambilnya semasa kuliah. Jika Anda sudah merasa tidak cocok dengan apa yang Anda kerjakan sekarang, lebih baik untuk mencari pekerjaan lain. Jika hal tersebut dipaksakan hasil pekerjaan Anda tidak maksimal.
  • Memburuknya Hubungan Rekan Kerja
    Hubungan Anda dengan rekan kerja memburuk. Wah kondisi seperti itu bisa dibilang tidak sehat lagi. Mau dipaksakan dengan cara apapun juga, tetap saja tidak akan pernah bisa memperbaikinya apalagi rekan kerja Anda tidak sepaham dan telah menyakiti hati Anda. Anda pun lama-lama juga tidak betah berada disana. Rasanya seperti di neraka saja.
  • Tawaran Lain
    Jika ada tawaran yang lain yang lebih menggiurkan dan jelas misalnya tersedianya fasilitas-fasilitas untuk para karyawan, tunjangan kesehatan dan lain sebagainya, mengapa tidak Anda ambil? Apalagi perusahaan tempat Anda bekerja sekarang ini tidak menyediakan fasilitas-fasilitas tersebut.
Well, begitukah Anda dalam dunia pekerjaan???...

Friday, August 1, 2008

Keep it simple....

Salah satu lima jiwa yang dianut oleh tempat saya mengabdi adalah kesederhanaan, al-basaathah, atau simplicity. Dahulu, saya bertanya-tanya kepada diri saya mengenai apa yang dimaksud dengan "kesederhanaan" tersebut.

Apakah sesuatu disebut sederhana jika hanya dilihat dari sisi material saja? Apakah makna kesederhanaan dinilai pada kemampuan? Apakah makna kesederhanaan dijustifikasi dengan menggunakan parameter kebutuhan?

Sederhana, merupakan efek dari sesuatu yang tidak sederhana.

Albert Einstein membuat rumus E=mc2 (sebuah rumus yang sangat sederhana), padahal untuk merumuskan rumus tersebut Einstein telah melalui beberapa kali kegagalan. Dampaknya? Sangatlah tidak sederhana....

Thomas Alfa Edison, membuat Lampu Pijar, sebuah barang yang sangat sederhana, katanya harus melalui 1000 kali percobaan sebelum akhirnya bisa membuat dampak yang sangat tidak sederhana.... 

Ternyata Kesederhanaan jangan dilihat dari sisi material saja. Tapi, dinilai dari kesempurnaan berpikir. Dinilai dari kesempurnaan bertindak. Di balik puncak semua kesempurnaan, terletak sebuah kesederhanaan. Tuhan yang Maha Sempurna itu, ternyata juga Maha Sederhana....

How do you think???

Tentang saya

My photo
Tangerang, Banten, Indonesia
Willy Saefurrahman 23 tahun Jomblo