Lagi-lagi, saya berpikir setelah kumpul bulanan dengan Direktur. Dalam kumpul tersebut, direktur menyarankan kami untuk tidak "Terjebak dalam rutinitas". Tujuannya agar kami tidak hanya cuma menunaikan kewajiban semata, karena harus di dalamnya juga terdapat improvisasi diri dan meningkatkan nilai.
Well, kami memang selama ini sering terjebak dan justru merasa keasyikan saat terjebak dalam rutinitas tersebut. Di dalam organisasi tempat saya berada saat ini terdapat banyak sekali rutinitas. Rutinitas-rutinitas tersebut seolah-olah menjadi sebuah keharusan, atau bahkan bisa disebut dengan kewajiban, bahkan dianggap menjadi sebuah sistem (dalam istilah Direktur disebut sebagai "Sunnah Pondok").
Saya juga tidak merasa bahwa rutinitas-rutinitas atau kewajiban tersebut memiliki strategi-strategi yang nyata. Akhirnya, saya melihat bahwa rutinitas-rutinitas tersebut kian berkembang menjadi sebuah kebiasaan yang justru mengkerdilkan. Sebaiknya, rutinitas tersebut haruslah berupa rutinitas yang dibuat untuk mencapai hasil yang tidak rutin: kesuksesan! Ya, memang kesuksean tidak bisa diraih secara rutin. Rutinitas-rutinitas tersebut haruslah sejalan dengan penguatan semangat, cita-cita yang tinggi dan bahkan disejajarkan dengan kemampuan, untuk meraih kesuksesan...
Yah, memang setiap bulan penuh dengan masalah. Tapi, saya yakin bahwa setiap masalah yang datang setiap hari merupakan alat yang dapat meningkatkan kelas kita. Dengan adanya masalah, kita tertantang untuk selalu menemukan solusi-solusi untuk menyelesaikannya, baik itu solusi temporer maupun solusi permanen...
Solusi temporer sangatlah sering diucapkan dan diutarakan, tapi itu merupakan solusi temporer. Yang paling parah adalah, saat kami merasa solusi temporer tersebut telah selesai menyelesaikan masalah, masalah yang sebenarnya masih menggunung tersebut, terlupakan begitu saja, seolah-olah masalah tersebut habis oleh solusi temporer. Solusi temporer haruslah kita ubah menjadi solusi permanen, agar memang kelas kita juga meningkat secara permanen, tidak hanya temporer begitu saja. Sayangnya, kami memang masih bodoh dan belum bisa untuk mencari solusi-solusi permanen...
Selalu "menyimpan masalah" seringnya membuat kelas kita merasa selalu rendah, atau bahkan mengingat-ngingat dosa. Pada akhirnya hal tersebut membuat kita tidak yakin untuk menghadapi masalah-masalah selanjutnya...
How do you think?
Saturday, August 9, 2008
"Terjebak dalam rutinitas...."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tentang saya
- Willy Saefurrahman
- Tangerang, Banten, Indonesia
- Willy Saefurrahman 23 tahun Jomblo
No comments:
Post a Comment