Salah satu lima jiwa yang dianut oleh tempat saya mengabdi adalah kesederhanaan, al-basaathah, atau simplicity. Dahulu, saya bertanya-tanya kepada diri saya mengenai apa yang dimaksud dengan "kesederhanaan" tersebut.
Apakah sesuatu disebut sederhana jika hanya dilihat dari sisi material saja? Apakah makna kesederhanaan dinilai pada kemampuan? Apakah makna kesederhanaan dijustifikasi dengan menggunakan parameter kebutuhan?
Sederhana, merupakan efek dari sesuatu yang tidak sederhana.
Albert Einstein membuat rumus E=mc2 (sebuah rumus yang sangat sederhana), padahal untuk merumuskan rumus tersebut Einstein telah melalui beberapa kali kegagalan. Dampaknya? Sangatlah tidak sederhana....
Thomas Alfa Edison, membuat Lampu Pijar, sebuah barang yang sangat sederhana, katanya harus melalui 1000 kali percobaan sebelum akhirnya bisa membuat dampak yang sangat tidak sederhana....
Ternyata Kesederhanaan jangan dilihat dari sisi material saja. Tapi, dinilai dari kesempurnaan berpikir. Dinilai dari kesempurnaan bertindak. Di balik puncak semua kesempurnaan, terletak sebuah kesederhanaan. Tuhan yang Maha Sempurna itu, ternyata juga Maha Sederhana....
How do you think???
No comments:
Post a Comment