Friday, February 27, 2009

Hati == Lava

Waduh, kayaknya enak mikir iseng nih abis sholat shubuh...

Oke, manusia hidup dengan banyak sekali atribut yang dilekatkan oleh Tuhan kepada mereka. Ada panca indra sebagai alat input, Ada hati sebagai alat perasa, Ada benak sebagai alat pemrosesan, dan macam-macam lainnya. Atribut yang dilekatkan tersebut membuat manusia hidup. Hidup, dalam artian, mereka melakukan utilisasi semaksimal mungkin terhadap organ kehidupan tersebut. Tanpa melakukan utilisasi terhadap organ tersebut, mungkin kita merasa bahwa hidup itu "begitu-begitu" saja. Tapi, saat saya mikir ada sesuatu yang berbeda dalam hati dan benak.

Para muslim mungkin tahu, bahwa hati merupakan "mudhghah" yang apabila baik, akan baik pula seluruh pula tubuh manusia tersebut. Memang demikian, yang namanya hati, sifatnya adalah detoxificant, sebuah zat yang bisa membuang racun dari dalam tubuh. Organ yang sangat sekali berguna dalam tubuh. Tanpa detox ini, tubuh kita pasti banyak terkena racun dan radikal bebas yang datang dari luar. Saat hati mulai rusak, pasti tubuh kita tidak bisa menetralisir racun yang masuk, sehingga tubuh kita rentan sakit.

Tapi, istilah "hati" kadang-kadang membingungkan. Ada yang mengatakan bahwa hati adalah jantung (heart), namun beberapa orang mengatakan bahwa hati adalah hati itu sendiri (liver). Well, saya tidak tahu apa-apa, karena memang saya bukan dokter, dan saya nggak tahu apa-apa tentang hati. Dilihat dari fungsinya, memang liver-lah yang menjadi detoxificant, sebab fungsi jantung adalah memompa darah agar mencapai seluruh tubuh.

Terlepas dari fungsi hati seperti itu, saya ingin menganalogikan hati dengan lava atau magma. Kita lihat magma atau lava. Saat lava atau magma tersebut membeku, maka yang jadi adalah batu. Batu tersebut tidaklah bisa dihancurkan dan dikembalikan lagi menjadi magma yang cair kecuali dengan panas yang sangat tinggi, bisa melalui tanur atau lainnya. Sebuah batu yang sangat besar, bisa menjadi sangat kuat dan tak bergeming dari tempatnya, meski sering terikikis air.

Hati juga sama: seorang yang keras hati akan susah untuk dihancurkan hatinya kecuali dengan adanya sesuatu kekuatan yang sangat kuat yang bisa melelehkan hati tersebut. Seseorang yang keras hati umumnya akan jauh dari empati, bahkan akan sangat susah untuk memahami empati dan kasih sayang dari orang lain. Seorang yang keras hati, pada umumnya bersikap cuek dan tetap pada pendiriannya, betapapun orang lain menasehatinya.

Nasehat mungkin bisa dianalogikan seperti air, karena nasehat datangnya dari benak, yang bisa saja melunak. Air bisa melubangi batu, memang, tapi butuh waktu yang sangat lama. Kita ingat mungkin kisah seorang ulama islam yang mendapatkan inspirasi dari air yang terus menerus menetesi batu hingga batu itu berlubang. Orang yang benaknya keras dalam sebuah diskusi, bisa jadi melunak di luar diskusi, karena memang sifat air adalah bisa seperti itu~menyesuaikan diri.

Akan tetapi, ingat bahwa sebuah batu bisa dicairkan kembali dengan menggunakan sebuah kekuatan tersendiri, dengan panas yang tinggi. Sebuah batu bisa saja dicairkan dalam waktu yang relatif cepat, ketimbang dengan air yang melubangi batu. Apakah kekuatan itu? Apakah sesuatu yang memiliki kekuatan panas yang sangat tinggi yang bisa mencairkan hati lagi? Tentu saja, kasih sayang dan cinta....

So, hiduplah dengan cinta, agar hati kita tidak membeku seperti batu....

No comments:

Tentang saya

My photo
Tangerang, Banten, Indonesia
Willy Saefurrahman 23 tahun Jomblo